Artikel

Dunia pertelevisian Indonesia saat ini memang bisa dikatakan tidak bermutu bagi sebagian orang, bagaimana tidak sebagian besar jam tayang didominasi oleh sinetron-sineteron yang ceritanya tak jauh berbeda bertahun-tahun, hingga saat ini, apakah ini merupakan tontonan yang sangat berguna bagi kalangan masyarakat Indonesia, bagi saya tayangan seperti itu sangat membodohi, sebagian besar mereka larut dalam cerita, padahal yang diganti dari sinetron ke sinetron hanya sebatas tokoh pemeran, dan tempat, itulah yang mungkin berbeda, alur ceritanya bagi saya murahan. Memang untuk mangerjakannya sangat susah dan itu bisa dikerjakan oleh orang yang ahli dibidangnya.
Bagaimana dampak buruknya untuk anak-anak, karena anak-anak belajar lebih banyak dari televisi, mereka akan biasa menirukan apa saja yang mereka lihat itu menarik, seperti adegan kekerasan didalam sinetron, dan lama kelamaan mereka menganggap itu adalah hal yang wajar.
Yang saya lihat, penonton setia sinetron-sinetron banyak dikalangan ibu-ibu dan anak-anak. Hingga berlarut-larut mengikuti ceritanya. Dan tak mau ketinggalan menyaksikan sambungan ceritanya, sungguh memprihatinkan. Apakah kita tidak berhak menonton tayangan yang bernada mendidik, dan bisa menimbulkan inspirasi. Apakah selamanya tayangan televisi kita akan begini, atau bertambah parah, atau juga akan berubah menuju perubahan yang positif.
Selain sinetron, acara gunjing menggunjing para artis, infotainment apalagi, pagi-pagi buta sudah hadir dilayar kaca sebagian televisi kita, menurut saya acara ini memakan jam tayang yang besar. Mulai dari terbit fajar, pagi-pagi buta, kemudian siang, sore bahkan hingga malampun masih ada acara gossip.
Apa yang bagus dari tayangan seperti itu, apakah memang punya rating yang tinggi, berarti penontonnya banyak, serta laku terjual. Tapi laku terjual bukan selamanya baik untuk di konsumsi. Memang sudah tercemar kondisi seperti ini. bagi saya “mereka” mendapatkan uang dari membodohi masyarakat.
Beragam tayangan, sudah terenggut unsur seninya. Hanya menampilkan gaya hidup mewah, yang serba glamour, dan konsumtif, apakah tak ada kehidupan yang lain yang lebih berharga, apakah tidak ada urusan lain selain masalah cinta pada pasangan.
Tayangan “sampah” seperti ini harusnya kita buang kemana, setiap hari “sampah” ini selalu ada, jika memang tidak suka jangan menonton. Itu komentar yang sering ditujukan kepada mereka yang merasa terendahkan dengan luapan kekecewaan. Memang benar tapi kapanlagi ada tayangan yang benar-benar disukai berbagai lapisan masyarakat. Hanya satu dari sepuluh tayangan yang bermutu.
Didalam kehidupan memang sudah banyak yang telah mengungkapkan ketidaksukaan terhadap beberapa tayangan televisi Indonesia, seperti didalam situs Fiendster.com yang sangat banyak member itu juga banyak ditemukan group-group yang menentang sinetron-sinetron di Indonesia. Dengan alasan yang beragam para member yang telah menyatakan dirinya juga membenci sinetron memberikan komentar yang beragam. Yang jelas mereka orang-orang yang telah dibukakan pintu hatinya oleh tuhan untuk menyampaikan sebentuk aspirasinya, demi kemajuan pertelevisian Indonesia ini.
Menurut beberapa orang teman saya di Malaysia, yang juga saya tanyai mengatakan pernah menonton sinetron Indonesia yang mereka sebutkan judul-judulnya, melalui sebuah channel yang katanya khusus menyajikan sinetron-sinetron Indonesia. Mereka malah bilang bagus, mungkin mereka hanya baru melihat sebuah atau dua buah judul. Karena sinetron yang ditayangkan disana sudah lebih dulu berakhir tayangannya di Indonesia.
Dari pandangan masyarakat yang lain memang masih belum tercemar, masih dianggap punya seni dan sistem produksi yang baik, dan kreatif, tapi bagaimana kalau mereka nanti juga merasakan hal yang sama dengan sebagian masyarakat Indonesia yang ingin sedikit memberikan saran dan kritikan atau sebuah kekecewaan.
0 Responses