Ketergantungan


Sungguh sebuah bencana, jendela terbuka, angin bebas keluar masuk, hasilnya malam-malam masuk angin, apakah Ni Gad Residence ini begitu tak mengutamakan kenyamanan, jadilah kalau lupa menutup jendela tunggu aja sambil puyeng melangkahkan kaki, mata separuh terbuka, hanya memuntahkan isi perut ke kamar mandi, tak ada cara lain tadi malam pertandingan sepak bola antara MU melawan Barca, oh.. sungguh hal yang sangat menyakitkan hati, plus suara tivi diluar 1000watt. seolah mengatakan "are U ready to rock?" lalu dengan dentuman bass perdana yang menggetarkan isi perut, tapi tak apalah teman, kuterima semuanya asal kalian bersenang hati, alhasil mungkin tuhan mendengarkan keluhan hamba yang teraniaya, aliran listrik pun padam, remang disinari wajah bintang yang menyapa manja, menjatuhkan sinarnya tepat didepan mataku, lewat jendela mencoba menyihirku hingga akupun terlelap kembali, akupun ingin tahu apa yang dilakukan bintang itu ketika aku tertidur pulas, apakah dia menertawakanku, atau menatapku hampa. terlintas lagi dibalik sinar matahari yang mulai menyalakan panasnya bersiap memberi kehangatan bagi para manusia dan semua yang ada di alam ini, aku masih ingin tidur, tapi sinar itu mulai memanas, hingga menampar pipiku. tuhan telah membangunkanku, agar aku tak menjadi hamba yang bermalas-malasan, belum sempat ku amati apa yang terjadi, kulihat kembali keluar jendela, bintang-bintang berguguran entah kemana, seolah kalah melawan sinar mentari dan memudar lepas, kurasakan sekali aroma warna mentari, ternyata aku terbangun dengan deringan telpon, tersentak seorang teman mengatakan, kuliah segera dimulai, tak mau panik, kuambil handuk dan melintasi pijakan anak tangga kecil yang berbelok menuruni satu lantai Ni Gad Residence, dikamar mandi yang alakadarnya, dengan sebuah baskom merah menyala, dihinggapi sebuah timba merah pula, pintu kamar mandi yang tanpa kunci, mencemaskan jiwa yang berada didalam setiap kali melakukan tugas suci, cemas tapi selalu waspada, kemungkinan akan didorong dari luar dan mendapati makhluk didalamnya sedang mandi, tidak begitu parah, kemungkinan dapur umum yang berada disana dapat saja dilihat beberapa karyawan pemasak sebuah cafe "unik", apabila hal ini terjadi kemungkinan harga diri makhluk pribumi penghuni kamar mandi akan turun drastis, lalu mentok kosong melompong, hanya karena pintu kamar mandi tertiup angin semilir sendu yang bisu. kembali lagi, "oh.. tuhan" desahku dengan sedikit nada manja milik diriku pribadi, sambil menggosok mata, tangga utamapun jadi kursi paling enak kalau berada pada saat-saat seperti ini, antri. diduga yang mandi adalah Gorilla, lebih luas daerah yang akan dibersihkan, dan memang saat itu dialah yang berkuasa penuh atas kamar mandi, tak tentu orang terbakar harus segera disiram air, tak tentu kalau ada penghuni kubu lain yang mungkin kecepirit. susanya kalau begini, lima detik mungkin kesadaranku hilang karena masih dalam kuasa kantuk yang memaku jiwaku ketulang belulang, kepalaku terantuk halus, untunglah daerah yang dibersihkan sobat baruku ini tak begitu "kotor" jadi pemakaian kamar mandi bisa di hemat, untuk keperluan masyarakat kubu ketinggian. ratusan koleksi kotoran kucing di atap komplit sudah, mulai yang berwarna terang, abu-abu, hingga gelap, semua ada. tapi yang sedikit mengobati hati hanyalah bangunan baru ini. nyaman juga walau tak begitu besar. semua bagian body n soul rasanya aktif kembali saat setelah mandi, tak mungkin lagi rasanya untuk memasuki kelas, kalau saat ini saja kuliah sudah dimulai, sedangkan aku masih bercengkerama dengan waktu, tipudaya iblis, bejatnya setan, ditambah jin ifrit yang mungkin menjadi seorang bidadari, karena telah sukses merayuku, menggoda manusia untuk mencari teman hidup dineraka, oh...sungguh teganya.
0 Responses