Bukan Disini

Genggaman asa bersimpul dalam sebuah legenda balas dendam, erat menyarut serat-serat simpul yang berurai. Jerami kering tertumpuk meruntuhkan miang halus merajam bagai onak menyentuh cipta. Legenda, apakah hanya pelezat sebuah meja, dengan kepulan kopi hangat dicelah embun seringai, jatuh ketanah karena keusilan kera bekantan. Entahlah, begitu sulitnya menjadi saling menjaga, bukannya legenda itu sudah lama terjadi, saya benci tokoh yang suka membunuh cacing dan bekicot.

Bukan memperhitungkan apa yang saya miliki, tapi akan lebih penting bagaimana saya mendapatkannya. Itulah prinsip yang sesungguhnya saya pegang, menulis salah satunya, sejak ikut dalam organisasi pers kampus ini berharap saya bisa mendapatkan improve dalam segala hal yang berhubungan dengan penulisan, tapi salah, semenjak pertama saya menulis untuk diterbitkan dalam tabloid tersebut ternyata ada hal yang membuat saya merasa tidak enak, dua liputan dan satu opini kampus lenyap begitu saja dari folder penerbitan, padahal saya tidak punya back up, itu yang kedua sebenarnya. Seharusnya, jika memang organisasi ini sebuah media pembelajaran, tentulah aka nada kritik tentang apa yang seharusnya diperbaiki tentang sebuah tulisan tersebut. Sejak saat itu, saya tidak lagi pernah liputan, saya tidak lagi pernah menulis untuk tabloid tersebut. Saya yakini tulisan tersebut memang tidak bagus, tapi jika dibandingkan dengan tulisan-tulisan yang pernah ada juga tidak kalah bagus.

Jadi intinya saya tidak menulis bukan saya tidak pandai menulis, menulis itu mudah, apalagi opini yang topiknya kita senangi, untuk itu sebagai sebuah sistem, haruslah ada evaluasi yang komprehensif mengenai sebuah khilaf yang menghambat sebuah perkembangan atau membuat kelebihan orang menjadi TERBATASI.

0 Responses