Extra Down

Semua bentuk, dupa, dan rana. Tak kunjung segarkan pikiran. Tancapan onak sudah berakar dan subur menguliti merahnya hati yang lugu dan labil berselimut lembaran durja, kupersembahkan dua telapak tangan untuk menyambut ujung jemarimu, kau raih seenaknya hingga kau dapat berdiri dengan sepatu tinggi tumit mu itu, jika ku hampa, paling hanya cerita kisah si kancil saja, aku tahu niatmu. Kau pikir aku indonesia sekali, ada yang tidak ku mau, yang kumau adakah kau tahu,? Jimbrana saka tak putih. Lekukan nada bicaramu kau singgung sedikit dikulit ari. Kau pikir aku sudah terbang, selendang seniku tak habis ditepukan kulit lembu, tahu.

Cerita tak habis di bibir nyonya puri sang akustik cerita potlot. Halauan jermal umpan tempe basah kau pikir membuatku terjerat, tak cukup memasukkanku kedalam perangkap hanya dengan sentuhan sulap semi amatirmu. Bangsal dua rupa, rupa-rupa seperti engkau yang sedang mengunyah lumatan gulungan sirih, sambil bertelanjang dada, kau bakar susumu ke arah busur saka arjuna corona. Aku menyanyi menguras bak tengkorak yang kotor, harapkan panji dan perisai lara kan hanyut ke muara, tapi muara buntu, mulutnya ia tutup. Aku terkejut sampai terpekik. Kau lagi mencari peledak hiroshima saja. Aku keluar dari bumi perwira lembaga lembah buatan berlukis kata-kata hingga liurku mengintip dan jatuh begitu saja. Ah, aku cari jalan lagi, akhirnya aku tahu, juga penikmat tahu, melarang seluruh harmoni nada sayapku untuk sementara mengibas didekat mereka yang membuatmu jahat, bersihkan dulu rupamu dari benci dan dengki yang sedang tumbuh dan kau siram tiap hari.

0 Responses