Kuala Lumpur, Malaysia (Dalam Misi Keliling Dunia)

Berdiri didepan kaki dua telunjuk Kuala Lumpur, dia tinggi, dia mampu melihat ragamu. Tuhan maha tinggi, Tuhan mampu melihat segalanya. termasuk hatimu.

Kuala Lumpur, Malaysia. Negara dengan basis Islam yang terasa, dengan berbagai ras yang tinggal didalamnya. Angka satu, Malaysia. Pengalaman pertama melangkah cabut dari negara sendiri, Melihat Perbedaan, Mengalami Dinamika, dan Merasakan Kenyamanan. Bukan sebuah liburan menghabiskan uang belaka. Kita harus lihat bagaimana mereka. Ada pola yang tak kita miliki, ada moral yang belum kita isi, ada sesuatu yang masih kita belakangi, ada karat yang belum kita kikis, ada erosi yang belum kita hijaukan, ada hormat yang belum kita sapakan, ada senyum yang belum membahagiakan, ada neraka yang belum kita intip, ada dahaga yang belum kita aliri, ada JIWA YANG SELALU MENYALAHKAN.

Gambaran tak selalu membayangi, sisi positif selalu terbelakangi untuk manusia yang buta akan sandiwara. Terselip cinta untuk Malaysia, terselip rasa bangga punya tetangga, terselip sebuah rangkulan hangat beramah tamah. Tapi mayoritas memang begitu, kita tak boleh mengatakan semua orang, walau masih ada yang terhina, walau masih ada yang terpana menikmati celaan. Itu kaum minoritas saja, kaum the lower class thinker. Mereka akan selalu menerima sepiring nasi, daripada memelihara sebutir benih.

Jika mereka merasa membuat orang terganggu ucapan sorry! Langsung terucap, spontan dan ikhlas. Lihat negara kita, saya setuju dengan negara kita kaya, luas dan citra budaya yang lebih membahana. Indonesia, saya muslim, saya mayoritas. Saya miskin, saya mayoritas. Semua serba mayoritas. Tapi mayoritas manusianya kita masih berpemikiran menengah bawah. Untuk bagian ini saya minoritas. Karena saya bukan pemikir kelas bawah.

Ingatlah, kita generasi muda. Kita bibit. Sirami generasi kita supaya tumbuh menjadi pohon yang lebih rindang. Satu lagi, mempelajari politik sedikit banyaknya akan mewarisi +ve dan –ve dari pemimpin-pemimpin saat ini. Dalam arti kata, sistem akan tetap seperti ini. Korupsi dimana-mana. Pisahkan kehidupan politik anda dari pejabat penghisap seperti mereka. Karena rezim itu gila.

Jika kita merasa sahabat bagi yang lain, sikapi kalau musuh menyusup, tapi pastikan anda dan sahabat tidak menangis. Begitu kan?

0 Responses