Marx Type Conflict

Semakin memanjangnya tangan kapitalisme dan perlawanan kaum proletar seperti terpusatnya sebuah kawasan industri. Hal yang mengakibatkan komunikasi antara sesama buruh semakin terjalin erat. Analisis sosiologis dari perlawanan terhadap dominasi kapitalis bukan terletak pada faktor ketakutan kaum buruh proletar. Namun lebih pada ingin mempertahankan haknya, dan menekankan pada tingkat soliditas antara sesama buruh.

Konflik bukan sebuah hal yang dianggap negatif. Tapi sebaliknya, keharmonisan adalah sebuah hal yang negatif. Keharmonisan mengakibatkan orang yang di didik tidak pernah dididik dengan benar. Mereka tidak pernah ditempa menjadi manusia yang kuat menghadapi persoalan. Menurut Marx, perlawanan terhadap dominasi merupakan sebuah konflik. Hal ini dapat di lihat dalam permasalahan sentralisasi industry tadi. Kaum kapitalis setiap hari memperjuangkan haknya sebagai pengusaha, sedangkan kaum buruh tidak selalu memperjuangkan haknya. Kedua belah pihak terlihat harmonis, namun sebenarnya terjadi peperangan halus.

Tindakan-tindakan dalam bidang industry seperti merusak benang, merusak alat-alat yang ada, membawa pulang bahan-bahan merupakan bentuk perlawanan buruh terhadap pengusaha. Buruh terikat dalam sebuah kekuasaan. Namun sejalan dengan itu, buruh juga memberontak terhadap kekuasaan yang sama. Dengan demikian permasalahan ini juga bersifat politis.

Kasus seperti runtuhnya PT. XX yang disebabkan perlawanan buruh terhadap manajemen perusahannya, membuat manajemen juga meningkatkan perlawanannya. Namun masih saja terjadi perselisihan. Perselisihan itu semakin memuncak sehingga LSM bahkan pemerintah tidak mampu menengahi.

Menurut saya Ideologi kapitalis bukan sebuah ideologi yang muncul dari keinginan individu. Melainkan sebuah ideologi struktural. Maksudnya, untuk tetap bertahan seorang pengusaha harus memaksimalkan laba.

Pemerintah tidak dapat disalahkan dalam hal pro terhadap buruh. Hal ini dapat dilihat dari UMR SUMBAR yang termasuk

kategori rendah. Ada pendapat yang menyatakan bahwa jika UMR naik maka pajak pengusaha dikurangi. Hal ini akan membuat ketidak mampuan pemerintah dalam menyeimbangkan antara pajak dan UMR. Pemerintah tidak menghasilkan uang sendiri, sehingga terkesan pemerintah tidak pro terhadap nasib buruh.

Persoalan ini masuk kepada kepentingan politis, selain buruh terorganisasi, pengusaha juga terorganisasi, seperti HIPMI, jika sebuah undang-undang diberlakukan maka, para pengusaha akan cepat mengetahui, apakah undang-undang tersebuat akan pro terhadap nasibnya, sedangkan buruh hanya dapat menerima, bagaimana tidak, jika ada salah seorang yang mungkin akan memobilisasi apa-apa yang menjadi tuntutan hak para buruh, maka orang yang memiliki leadership itu akan ditarik menjadi staff pengusaha, tujuannya untuk mematikan usaha buruh dalam memberontak, memutuskan mata rantai antara promotor dan para buruh lainnya.

Exploitasi terhadap buruh akan tetap terjadi, jika Marx menyarankan kembali kepada ideology ekonomi komunis, ideology ekonomi subsistensi seperti yang diyakini baik untuk kemanusiaan. namun, dasar roh yang membuat para kapitalis tetap lahir adalah adanya teori profit maximalization, maksimalisasi laba.

Kaum proletar tak sadar bahwa mereka sebenarnya sedang dieksploitasi oleh kaum borjuis, namun jika dominasi para borjuis diterima, dengan mengatakan, “kita kan bawahan” timbul sebuah hegemoni, bahwa dominasi itu diterima sepenuhnya.

0 Responses