Resolusi

Kemudian kejemuan menusuk birahi-birahi yang lepak ditengah embun yang mulai tumpah ruah. Janji mereka kalap dan takkan pernah ada yang bias dipercaya. Kalau saja… ah tidak perlu mengawali dengan kata kalau. Enyahlah, aku tak sempat menyicipi kebahagiaan itu, kawan. Aku ingin menjadi seperti apa yang menjadi keinginan mereka. Tapi sedikit akan kupoles. Rusuh merusuh, aku butuh seseorang yang sadis memaksaku untuk melakukannya. Ayo, kubagi diriku menjadi dua. Yang satu kugambarkan dengan pribadi yang ganas dan suka memaksa, dan yang satu akan kuperankan dengan yang lemah dan malas. Ya begitu. Paksalah si lemah sampai ia mati kalau ia tak mampu ikut kata hatimu. Aku lusuh punya tubuh, tak punya otak untuk mengatakan aku mau bangkit. Niscaya aku akan terpaku dengan segelintir pikiran bodoh yang menopang rongga tenggorokan sehingga kata-kata itu tak jadi kuteriakkan. Aku butuh paksaan.
Jalanan tentang debu dan asap, kugantikan dengan api dan peluru, sungguh ku akan mengisahkan hidupku jauh lebih berharga dari apa yang mereka lakukan sebegitu indahnya. Aku butuh paksaan. Sekarang lenyaplah, aku siap malu, aku siap terhina, aku siap untuk memenggal si penakut dari tubuhku sendiri. Aku butuh itu. Dengan kelusuhan yang sama, selalu kuharap pengganti jiwa yang akan menyumpal mulut-mulut penghara seperti mereka. Persetan dengan semua. Kau pikir kau pintar, aku juga berpikir aku pintar. Kalau kau piker aku bodoh maka kau juga lebih bodoh. Benang-benang sutera yang menipu, akan kubuang, lebih tepatnya kubakar menjadi abu-abu sehingga akan kuinjak-injak, aku butuh tali tambang, cambuk penuh nista sekalipun, cambuk senista-nistanya lempar untukku, sehingga aku belajar mengelak. Kalau aku harus mati, itu bukan karena aku ingin menyerah. Justru karena aku tak pernah kenal kata menyerah. Kini kuyakini, yang kajalani saat ini bukanlah bagian dari apa yang kuinginkan, tapi kutunggu hikmah, kujalani semampuku, jadi jika kau kecewa, ibu, bapak, silakan kecewa. Tapi aku ingin kau tetap doakan yang terbaik.
Sebentar lagi, sebantar lagi, sebentar lagi, masa tahananku akan kuakhiri dipenjara ini. Barulah kumulai, sesuatu yang sangat butuh ku tapaki, dunia luas, dunia buas, dunia kesadisan yang mencambuk setiap jengkal pori dikulit. Laga siluman buas dengan dunia cerita akan kugambar dengan belati disela lengan. Tapi bukan itu yang utama. Siang bukan hanya tempat mencari harta, malam juga bukan tempat marajah nafsu, siang malam adalah lintasan untuk berjalan berkelana bersama iman didada. Takkan layu ditengah gurun yang sungguh panas tiada dua. Aku bukan manusia tampan, aku manusia aneh, aku akan mengakui semua hal yang buruk tentang yang kau katakan, jadi tak perlu lagi kau ulangi membaca sampai berkali-kali, aku akan mengakar sendiri, aku akan mencari air sendiri, aku akan tumbuh dengan daun yang kuinginkan, aku akan menegapkan batang dan dahanku untuk hidup dan menatap dunia. Aku butuh menjadi jahat, kejam, karena pikiran penakut butuh paksaan dan kekejamann untuk membinasakan atau merubahnya menjadi berguna, bukan menjadi janda kembang yang tak terusik. Walaupun telah bekas usikan.

Labels edit post
0 Responses