Anything Besides
01.27
kita memang tak tahu bagaimana hidup kita nanti, karena memang ini bukanlah serial sinetron yang penuh konflik dan problematika kehidupan mengejar kekayaan harta warisan, perusahaan apalagi merebut tunangan. tapi kita pasti tahu kemana akan memutar stir untuk mengendalikannya, sama seperti berkendara dengan menutup mata, kalau jatuh ya berhenti sejenak dan temukan lagi jalan yang tidak salah. setidaknya kita punya gambaran arah tujuan lah begitu ha.
ada banyak hal yang diyakini sebagai achievement dalam hidup, apalagi yang masih akan mulai merintis, dan nikmatnya berjuang untuk hidup kita sendiri. ya, kita sendirilah yang faham, berprinsip dan orang yang mengayuh sepedanya. eh iya, pastinya orang itu berbeda, ada yang ingin senang-senang saja. tanpa harus berjuang banyak, biarlah tidak terlalu tinggi achievementnya yang penting jangan ada berjuang-berjuangnya. atau ada berjuangnya, tapi jangan seperti film world war II. tapi ada juga mereka yang tangguh superb sekali. bahwasanya dia akan lebih senang jika bisa mati-matian berjuang untuk hidupnya, ingin mendapatkan apa yang ia inginkan, ingin mempelajari apa yang ia tak tahu. ingin merasakan pahit manis gula madu pare rimbang dan lain sebagainya.
ada lagi niha, yang ingin menumpuk harta untuk turunannya, tapi menurut saya yang bagian ini bukanlah saya. kenapa, menurut saya orang hidup itu pasti diberi rejeki sama tuhan, boleh kita memikirkan anak kita nanti tapi jangan berlebihan. kalau kita menyediakan, artinya kita memberikan peluang bagi mereka untuk bermanja-manja dan tidak tahu kerja keras. bekali saja dia dengan pendidikan dan kreatifitas serta pendidikan moral dan akhlak dan sentuhan kesucian. maka nanti dia pastilah berpikir bahwa ia harus mencari uang untuk hidupnya. nah yang perlu sediakan adalah, harta untuk menjamin mereka mendapatkan itu semua. kalau sudah, mereka pasti bisa cari sendiri. jadi apa yang dapat hari ini nikmati saja dulu. kan semua orang tidak sama.
terus, lagi, pra pindah ke Kamboja, saya itu berpikir apakah saya masih waras, saya rasanya sudah sanggup apakah nanti saya terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, juga tenggelam dalam lautan luka dalam, ataupun nanti saya tersesat dan tak tahu arah jalan pulang, oh my. sudah. teringat itu, sudahlah senyum saja. toh nanti, dunia masih punya hukum hak azasi manusia yang hampir sama disetiap negaranya. oke, beralih kemasalah who I am, sepertinya saya tertarik untuk menjujuri diri saya sendiri dan memberi tahu orang lain sepenuhnya atas apa yang dasar apa tuhan hendak melemparkan kita kedunia ini.
itu lah yang hendak kau carikan jawabannya. cuma untuk meramai-ramaikan penduduk bumi? rasanya terlalu murahan. tak dipandang. bukankah kita manusia sama sama diutus kedunia dan dibekali dengan akal pikiran. maka kalau sudah menyangkut akal pikiran, semuanya serba luas seluas luasnya. kita diberi semuanya, rasa takut, rasa cemas, rasa depresi, rasa anggur, rasa tiramisu. dengan tingkat kecerdasannya otak sebenarnya yang harus kita pakai, untuk berpikir disetiap detiknya.
maka kejadian-kejadian itu hanya untuk orang-orang yang berpikir, badan bisa mengembang, tapi otak harus lebih cepat mengembang juga. tak ada diet untuknya.
ada banyak hal yang diyakini sebagai achievement dalam hidup, apalagi yang masih akan mulai merintis, dan nikmatnya berjuang untuk hidup kita sendiri. ya, kita sendirilah yang faham, berprinsip dan orang yang mengayuh sepedanya. eh iya, pastinya orang itu berbeda, ada yang ingin senang-senang saja. tanpa harus berjuang banyak, biarlah tidak terlalu tinggi achievementnya yang penting jangan ada berjuang-berjuangnya. atau ada berjuangnya, tapi jangan seperti film world war II. tapi ada juga mereka yang tangguh superb sekali. bahwasanya dia akan lebih senang jika bisa mati-matian berjuang untuk hidupnya, ingin mendapatkan apa yang ia inginkan, ingin mempelajari apa yang ia tak tahu. ingin merasakan pahit manis gula madu pare rimbang dan lain sebagainya.
ada lagi niha, yang ingin menumpuk harta untuk turunannya, tapi menurut saya yang bagian ini bukanlah saya. kenapa, menurut saya orang hidup itu pasti diberi rejeki sama tuhan, boleh kita memikirkan anak kita nanti tapi jangan berlebihan. kalau kita menyediakan, artinya kita memberikan peluang bagi mereka untuk bermanja-manja dan tidak tahu kerja keras. bekali saja dia dengan pendidikan dan kreatifitas serta pendidikan moral dan akhlak dan sentuhan kesucian. maka nanti dia pastilah berpikir bahwa ia harus mencari uang untuk hidupnya. nah yang perlu sediakan adalah, harta untuk menjamin mereka mendapatkan itu semua. kalau sudah, mereka pasti bisa cari sendiri. jadi apa yang dapat hari ini nikmati saja dulu. kan semua orang tidak sama.
terus, lagi, pra pindah ke Kamboja, saya itu berpikir apakah saya masih waras, saya rasanya sudah sanggup apakah nanti saya terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, juga tenggelam dalam lautan luka dalam, ataupun nanti saya tersesat dan tak tahu arah jalan pulang, oh my. sudah. teringat itu, sudahlah senyum saja. toh nanti, dunia masih punya hukum hak azasi manusia yang hampir sama disetiap negaranya. oke, beralih kemasalah who I am, sepertinya saya tertarik untuk menjujuri diri saya sendiri dan memberi tahu orang lain sepenuhnya atas apa yang dasar apa tuhan hendak melemparkan kita kedunia ini.
itu lah yang hendak kau carikan jawabannya. cuma untuk meramai-ramaikan penduduk bumi? rasanya terlalu murahan. tak dipandang. bukankah kita manusia sama sama diutus kedunia dan dibekali dengan akal pikiran. maka kalau sudah menyangkut akal pikiran, semuanya serba luas seluas luasnya. kita diberi semuanya, rasa takut, rasa cemas, rasa depresi, rasa anggur, rasa tiramisu. dengan tingkat kecerdasannya otak sebenarnya yang harus kita pakai, untuk berpikir disetiap detiknya.
maka kejadian-kejadian itu hanya untuk orang-orang yang berpikir, badan bisa mengembang, tapi otak harus lebih cepat mengembang juga. tak ada diet untuknya.