New Year 2014
01.11
Apakah kalian bosan dengan
post yang saya tulis masih mengenai Kuala Lumpur? Tapi kali ini saya mencoba
menelisik sisi lain dari Kuala Lumpur, yang mana kota megah sebagai capital city nya Malaysia ini memang
jauh melaju pesat daripada capital city
kita di Jakarta. Jika kalian melihat langsung, kalian akan setuju.
Oke, kali ini cerita akan
saya mulai dengan perkenalan dengan teman baru saya bernama Naseef, seorang
pemuda berkebangsaan Swedia yang keluarganya berasal dari Bangladesh, jadi
istilah dunianya adalah Long House,
tapi di Indonesia jarang akan hidup istilah ini, karena jarang pula orang kita
yang akan menetap disebuah second home.
Karena setiap traveler itu
merasa ingin tau apa
saja yang yang dikerjakan traveler lain, atau kemana saja
mereka sudah berjalan. Saya berkenalan dengan Naseef disebuah guesthouse, yang waktu itu saya baru saja kembali dari Thailand menyusuri semenanjung
Malaysia dengan seorang teman lokal yang saya temui di situs couchsurfing,
meyenangkan sekali jika harus bertemu orang baru dengan sharing-sharing
pengalaman traveling. Sehingga sedikit
banyaknya saya bisa membandingkan
banyak hal mencakup tujuan traveling para travelers, tingkat budget yang mereka habiskan
kesebuah destinasi sampai kepada perencanaan
kenapa mereka sampai bisa menuju ketempat lain diluar dari zona mereka tinggal
yang bahkan melewati sepuluh bahkan lebih zona waktu.
Mengenal orang yang baru adalah untuk mengetahui berbagai perbedaan membuat
kita bisa belajar banyak disetiap hal yang mereka bawa, hal
yang mereka bawa tersebut merupakan refleksi dari bagaimana lingkungan setempat
mereka ditempat asal membentuk mereka sebagai pribadi atau warganegara yang
memiliki sikap dan prilaku tersebut. Begitulah, walaupun traveling, mereka
punya intuisi, keinginan yang berbeda-beda tentang apa tujuan utama mereka
berkunjung dan melakukan perjalanan jauh ini.
Ada yang tujuannya
menyantap makanan khas, atau wisata kuliner, ada pula yang mencari ketenangan sementara karena stress
ditempat kerja, ada pula yang bepergian bersama keluarga, tak jarang pula untuk
bisnis, atau hanya sight seeing seperti saya, tak ketinggalan pula traveling for having sex, dan memuaskan
birahi
dengan mencari wanita-wanita asia, ada pula
yang menikmati dunia malam dengan minuman-minuman.
Beragam.
Sekitar seminggu saya terlibat dalam perjalanan mengelilingi kota Kuala
Lumpur bersama Naseef, sepertinya ada sesuatu yang khas yang
ada dipikiran para travelers, seperti yang pernah saya bahas sebelumnya, mereka lebih open
minded, terbuka untuk orang baru dan hal-hal baru, making friend,
and friendship. Begitu pulalah yang saya pikirkan, apalagi untuk solo traveling yang tak ada
teman untuk sekedar having a great talk.
Waduh, opening sudah
terlalu banyak, sekarang masuk kepada inti cerita, bahwa Naseef memutuskan
untuk menghabiskan tahun 2013 di Asia Tenggara dan menyambut tahun 2014, maka
saya pun tak mau kalah, merancang perjalanan murah sudah saya lakukan semenjak
lama, jadi jangan pikir uang saya banyak. Karena keterbatasan lah yang membuat
saya harus cerdas menyikapi bagaimana supaya segala sesuatunya menjadi
maksimal. Itulah yang saya suka dari diri saya, tak ada harta yang bisa saya
banggakan, tapi mengingat mindset saya yang seperti ini, sedikit rasanya bisa
saya banggakan.
Akhirnya kami bertemu kembali di Kuala Lumpur, banyak kegiatan dan destinasi yang kami kelilingi, namun
acara puncaknya adalah ketika ada event dari para member couchsurfing yang akan mengadakan New Year party di rooftop Ampang Atrium yang
viewnya menuju landscape kota Kuala Lumpur.
Kami
diundang oleh seorang CS Kuala Lumpur bernama Ellyza yang memang merupakan
traveler handal, senang sekali bisa bergabung. event ini
bergaya potluck yang mana setiap tamu
wajib membawa makanan yang nantinya akan dikumpulkan, yang akan dimakan adalah makanan yang kita suka tidak harus makanan
yang kita bawa.
Disinilah
semua perbedaan melebur, suku bangsa yang bermacam-macam rupa tumpah ruah di
wadah ini, saya merasakan sesuatu yang berbeda penuh dengan keberagaman, Chinese,
Japanese, Negro, Oriental, Kulit Putih, Kulit Hitam, Kulit Asia diaduk jadi
satu dimalam ini dan akan menjadi pengalaman yang berharga untuk traveling saya
kali ini. Karena menghargai perbedaan yang sedemikian rupa, makanan dan minuman
pun ditempatkan terpisah karena muslim tidak makan pork slice atau apa-apa yang berbau pork dan tidak pula minum alkohol. makanya disediakan pula jus
jeruk dan berbagai jus buah lainnya untuk para muslim maupun yang tidak minum
alkohol.
Lama
sudah kami berkumpul, kadang berganti lawan bicara, kadang bergabung dengan
pembicaraan lain. Kadang menyelip diantara obrolan mat saleh. ketika akan
menuju ke pukul 12.00 pergantian tahun. hitungan mundur dari sepuluh pun
disorak, sorakkan. ada banyak sekali macam manusia, yang saya sebut perbedaan
tadi, ada pasangan-pasangan yang mulai berpelukan, tak ketinggalan pasangan gay
dan lesbian pun ada. Merekapun saling berpelukan yang mungkin berarti mereka
telah melewatkan satu tahun berpelukan, entahlah, yang pasti semua orang
bersikap biasa, yang lainnya hanya bersiap-siap dengan lensa stand by untuk
mengabadikan momen firework yang akan
berpusat dikejauhan sana di dua menara kembar, Mont Kiara dan Bukit Bintang.
selepas itu semua saling berucap happy
new year, tak tentu siapa, kenal atau tidak, kalau bertemu salami sambil
ucapkan happy new year, sambil
berangkulan.
Semuanya
selesai, saya bersama Naseef kembali ingin mengunjungi Zouk, night club ternama
di Kuala Lumpur. Pertanyaan yang saya dengar dari Naseef adalah, you enjoy this moment? ya pastilah saya
sangat enjoy, yang sehari-hari saya tidak pernah dihadapkan dengan moment
seperti ini. kami menuju Zouk setelah sebelumnya kembali ke hostel untuk
berganti pakaian dan meletakkan kamera. kami seperti sudah sohib semenjak lama,
saya tidak membawa sepatu, untunglah Naseef membawa dua sepatu sehingga saya
bisa memakai satu.
Night
club untuk tahun baru ini dihargai gila sekali. hingga 76 ringgit. saya hari
itu hanya ada uang 10 ringgit. terpaksa dengan yakin si Naseef lah yang harus
membayar 142 ringgit disaat untuk masuk harus bayar 152 ringgit. tanpa
hitung-hitung panjang kami segera menyusuri jalanan mencari ATM. karena Naseef
harus menarik uangnya. wah, terasa sekali, saya tidak pernah berniat untuk
mencari keuntungan, tapi itulah kadang orang-orang punya seribu macam warna
untuk mereka menebar kebaikan. semenjak saat itu deklarasi long friend pun sudah kami sepakati. malam itu kami menikmati musik
dengan secangkir Coke, karena dalam 76 ringgit kami hanya mendapat satu kupon
minum yang tak mungkin ditukar dengan minuman beralkohol, karena kami adalah
Muslim.
Musik
berdentum, pakrir mobil-mobil mewah sekelas Lamborghini, Ferrari. Pemiliknya hanya
tinggal turun dari mobil dengan seorang wanita dan membiarkan pintu mobil
terbuka, selanjtunya vallet yang mengurus mobilnya dengan selembar pecahan 50
ringgit. sungguh gila. dunia ini gila. diluar yang saya lihat, dan pernah
rasakan, sehari hari hanya bergelut dengan kampus, kos, kadang pulang kampung.
Post
terakhir Naseef di grup berbunyi, I had a blast.! jadi itulah keseluruhannya,.
I had a blast.
Setelah sekembalinya kami
kenegara masing-masing, janji akan mengarungi destinasi traveling lainnya
semakin menjadi-jadi, Papua yang tersohor dengan kenamaan Raja Ampat yang
dewasa ini menjadi keyword yang mencurigakan oom Google. Begitulah, karena
masih terikat dunia kampus, maka kami hanya bisa membuat riset secara online,
dan saling membaginya dengan situs-situs jejaring sosial yang saat ini membuat
sesuatu itu menjadi lebih mudah dan dekat. Rugi sekali bagi mereka yang tak
memanfaatkannya, atau hanya memanfaatkan untuk menulis status galau. Tragis.