New Year 2014


Apakah kalian bosan dengan post yang saya tulis masih mengenai Kuala Lumpur? Tapi kali ini saya mencoba menelisik sisi lain dari Kuala Lumpur, yang mana kota megah sebagai capital city nya Malaysia ini memang jauh melaju pesat daripada capital city kita di Jakarta. Jika kalian melihat langsung, kalian akan setuju.
Oke, kali ini cerita akan saya mulai dengan perkenalan dengan teman baru saya bernama Naseef, seorang pemuda berkebangsaan Swedia yang keluarganya berasal dari Bangladesh, jadi istilah dunianya adalah Long House, tapi di Indonesia jarang akan hidup istilah ini, karena jarang pula orang kita yang akan menetap disebuah second home.
Karena setiap traveler itu merasa ingin tau apa saja yang yang dikerjakan traveler lain, atau kemana saja mereka sudah berjalan. Saya berkenalan dengan Naseef disebuah guesthouse, yang waktu itu saya baru saja kembali dari Thailand menyusuri semenanjung Malaysia dengan seorang teman lokal yang saya temui di situs couchsurfing, meyenangkan sekali jika harus bertemu orang baru dengan sharing-sharing pengalaman traveling. Sehingga sedikit banyaknya saya bisa membandingkan banyak hal mencakup tujuan traveling para travelers, tingkat budget yang mereka habiskan kesebuah destinasi sampai kepada perencanaan kenapa mereka sampai bisa menuju ketempat lain diluar dari zona mereka tinggal yang bahkan melewati sepuluh bahkan lebih zona waktu.
Mengenal orang yang baru adalah untuk mengetahui berbagai perbedaan membuat kita bisa belajar banyak disetiap hal yang mereka bawa, hal yang mereka bawa tersebut merupakan refleksi dari bagaimana lingkungan setempat mereka ditempat asal membentuk mereka sebagai pribadi atau warganegara yang memiliki sikap dan prilaku tersebut. Begitulah, walaupun traveling, mereka punya intuisi, keinginan yang berbeda-beda tentang apa tujuan utama mereka berkunjung dan melakukan perjalanan jauh ini.
Ada yang tujuannya menyantap makanan khas, atau wisata kuliner, ada pula yang mencari ketenangan sementara karena stress ditempat kerja, ada pula yang bepergian bersama keluarga, tak jarang pula untuk bisnis, atau hanya sight seeing seperti saya, tak ketinggalan pula traveling for having sex, dan memuaskan birahi dengan mencari wanita-wanita asia, ada pula yang menikmati dunia malam dengan minuman-minuman. Beragam.
Sekitar seminggu saya terlibat dalam perjalanan mengelilingi kota Kuala Lumpur bersama Naseef, sepertinya ada sesuatu yang khas yang ada dipikiran para travelers, seperti yang pernah saya bahas sebelumnya, mereka lebih open minded, terbuka untuk orang baru dan hal-hal baru, making friend, and friendship. Begitu pulalah yang saya pikirkan, apalagi untuk solo traveling yang tak ada teman untuk sekedar having a great talk.
Waduh, opening sudah terlalu banyak, sekarang masuk kepada inti cerita, bahwa Naseef memutuskan untuk menghabiskan tahun 2013 di Asia Tenggara dan menyambut tahun 2014, maka saya pun tak mau kalah, merancang perjalanan murah sudah saya lakukan semenjak lama, jadi jangan pikir uang saya banyak. Karena keterbatasan lah yang membuat saya harus cerdas menyikapi bagaimana supaya segala sesuatunya menjadi maksimal. Itulah yang saya suka dari diri saya, tak ada harta yang bisa saya banggakan, tapi mengingat mindset saya yang seperti ini, sedikit rasanya bisa saya banggakan.
Akhirnya kami bertemu kembali di Kuala Lumpur, banyak kegiatan dan destinasi yang kami kelilingi, namun acara puncaknya adalah ketika ada event dari para member couchsurfing yang akan mengadakan New Year party di rooftop Ampang Atrium yang viewnya menuju landscape kota Kuala Lumpur. Kami diundang oleh seorang CS Kuala Lumpur bernama Ellyza yang memang merupakan traveler handal, senang sekali bisa bergabung. event ini bergaya potluck yang mana setiap tamu wajib membawa makanan yang nantinya akan dikumpulkan, yang akan dimakan adalah makanan yang kita suka tidak harus makanan yang kita bawa.
Disinilah semua perbedaan melebur, suku bangsa yang bermacam-macam rupa tumpah ruah di wadah ini, saya merasakan sesuatu yang berbeda penuh dengan keberagaman, Chinese, Japanese, Negro, Oriental, Kulit Putih, Kulit Hitam, Kulit Asia diaduk jadi satu dimalam ini dan akan menjadi pengalaman yang berharga untuk traveling saya kali ini. Karena menghargai perbedaan yang sedemikian rupa, makanan dan minuman pun ditempatkan terpisah karena muslim tidak makan pork slice atau apa-apa yang berbau pork dan tidak pula minum alkohol. makanya disediakan pula jus jeruk dan berbagai jus buah lainnya untuk para muslim maupun yang tidak minum alkohol.
Lama sudah kami berkumpul, kadang berganti lawan bicara, kadang bergabung dengan pembicaraan lain. Kadang menyelip diantara obrolan mat saleh. ketika akan menuju ke pukul 12.00 pergantian tahun. hitungan mundur dari sepuluh pun disorak, sorakkan. ada banyak sekali macam manusia, yang saya sebut perbedaan tadi, ada pasangan-pasangan yang mulai berpelukan, tak ketinggalan pasangan gay dan lesbian pun ada. Merekapun saling berpelukan yang mungkin berarti mereka telah melewatkan satu tahun berpelukan, entahlah, yang pasti semua orang bersikap biasa, yang lainnya hanya bersiap-siap dengan lensa stand by untuk mengabadikan momen firework yang akan berpusat dikejauhan sana di dua menara kembar, Mont Kiara dan Bukit Bintang. selepas itu semua saling berucap happy new year, tak tentu siapa, kenal atau tidak, kalau bertemu salami sambil ucapkan happy new year, sambil berangkulan.
Semuanya selesai, saya bersama Naseef kembali ingin mengunjungi Zouk, night club ternama di Kuala Lumpur. Pertanyaan yang saya dengar dari Naseef adalah, you enjoy this moment? ya pastilah saya sangat enjoy, yang sehari-hari saya tidak pernah dihadapkan dengan moment seperti ini. kami menuju Zouk setelah sebelumnya kembali ke hostel untuk berganti pakaian dan meletakkan kamera. kami seperti sudah sohib semenjak lama, saya tidak membawa sepatu, untunglah Naseef membawa dua sepatu sehingga saya bisa memakai satu.
Night club untuk tahun baru ini dihargai gila sekali. hingga 76 ringgit. saya hari itu hanya ada uang 10 ringgit. terpaksa dengan yakin si Naseef lah yang harus membayar 142 ringgit disaat untuk masuk harus bayar 152 ringgit. tanpa hitung-hitung panjang kami segera menyusuri jalanan mencari ATM. karena Naseef harus menarik uangnya. wah, terasa sekali, saya tidak pernah berniat untuk mencari keuntungan, tapi itulah kadang orang-orang punya seribu macam warna untuk mereka menebar kebaikan. semenjak saat itu deklarasi long friend pun sudah kami sepakati. malam itu kami menikmati musik dengan secangkir Coke, karena dalam 76 ringgit kami hanya mendapat satu kupon minum yang tak mungkin ditukar dengan minuman beralkohol, karena kami adalah Muslim.
Musik berdentum, pakrir mobil-mobil mewah sekelas Lamborghini, Ferrari. Pemiliknya hanya tinggal turun dari mobil dengan seorang wanita dan membiarkan pintu mobil terbuka, selanjtunya vallet yang mengurus mobilnya dengan selembar pecahan 50 ringgit. sungguh gila. dunia ini gila. diluar yang saya lihat, dan pernah rasakan, sehari hari hanya bergelut dengan kampus, kos, kadang pulang kampung.
Post terakhir Naseef di grup berbunyi, I had a blast.! jadi itulah keseluruhannya,. I had a blast.
Setelah sekembalinya kami kenegara masing-masing, janji akan mengarungi destinasi traveling lainnya semakin menjadi-jadi, Papua yang tersohor dengan kenamaan Raja Ampat yang dewasa ini menjadi keyword yang mencurigakan oom Google. Begitulah, karena masih terikat dunia kampus, maka kami hanya bisa membuat riset secara online, dan saling membaginya dengan situs-situs jejaring sosial yang saat ini membuat sesuatu itu menjadi lebih mudah dan dekat. Rugi sekali bagi mereka yang tak memanfaatkannya, atau hanya memanfaatkan untuk menulis status galau. Tragis.