Topik yang rasanya menarik adalah
perihal pengajuan kartu kredit, yang mana beberapa bulan lalu saya terlibat
perbincangan panas dengan telemarketing kartu kredit, bagi saya marketer adalah
pekerjaan yang menuntut kegigihan, bagaimana tidak, berhari-hari saya ditelpon
untuk ditawarkan kartu kredit, pernah saya reject panggilannya eh besoknya di
telpon lagi, berkilah sedang sibuk dan tak membutuhkan, mereka malah merayu,
dengan suara mbak-mbak nya yang wahh seksi dan centil sekalipun. Karena saya
cukup mengatakan tidak jika tidak mau, maka sampai berbusa pun merayu takkan
bisa saya dirayu. Gitu gan.
Memang dimasa yang beranjak
dewasa ini, dewasa dalam arti limpahan hak dan kewajiban hidup sudah tanggung
sendiri, saya butuh dan menginginkan kartu kredit, terlebih kalau sudah
menyangkut transaksi lintas mata uang, saya tidak bisa selalunya mengandalkan
sistem debit karena saya masih membangun hidup, kadang ada kadang tidak.
Tapi jikalah memang saya
membutuhkan, saya tidak main asal dan tidak mengharapkan punya kartu kredit
dari bank yang sering menelepon saya, menawarkan seisi dagangannya, hari ini
kartu kredit, besoknya asuransi, besoknya lagi diulang lagi. Walaupun transaksi
kecil-kecilan, saya inginnya keamanan. Jadi, saya memutuskan jika saya ingin
mendapatkan kartu kredit biarlah saya apply dulu ke bank yang setidaknya
berplat merah.
Namun sayah sekali, sampai detik
ini saya masih belum mempunyai KTP elektronik karena status domisili bermasalah
diberbagai tempat, karena memang keluarga saya nomaden, ada kampung halaman,
kampung garapan, kampung bersama, dan kampung singgah. Membuat data mak bapak
menjadi berserakan, sehingga kami anak-anaknya juga berserakan, terlebih saya
juga pernah mendapatkan KTP biasa di Padang. Jadi semakin banyak rupa.
Saya membaca banyak referensi
hingga keluhan-keluhan, pengalaman dan apapun yang menyangkut pengajuan kartu
kredit. Memang terasa dari pandangan netizen beragam masalah dan beragam pula
cerita unik. Apa daya, memang dari sisi jaminan hidup perbulan secara finansial
saya belumlah masuk dalam kelayakan untuk diberi jatah kartu hutang. Namun
secara ‘way of life’ saya merasa orang yang sangat membutuhkan dari sisi ‘cara’
dan ‘hutang’. Cara mungkin karena keterbatasan channel pembayaran sehingga
banyak hal yang tak bisa dibantu oleh sistem debit untuk bisnis kecil-kecilan saya.
Dan hutang tentu lah kita sama tau.
Dari kuliah saya sudah berpikir
bagaimana untuk mendapatkan produk dan jasa bank yang sesuai dengan need saya.
Semasa muda, banyak sekali produk-produk mereka yang saya sikat dengan alasan
terkhusus untuk kaum muda, antara lain bank BCA dengan tahapan Xpresi nya, BNI
dengan taplus muda nya. Saya rasa bank-bank ini sudah mulai menjaring
calon-calon yang akan mereka ‘didik’ untuk menjadi nasabah mereka on top nanti.
Saya senang seperti ini, jika setelah saya pelajari saya menginginkannya, detik
itu juga saya kejar ke Bank dan hari itu juga JADI.
Bank target saya adalah Bank
Mandiri, entah angin muson mana yang berhembus, sehingga hari itu saya terkejut
kejut sedap menerima panggilan dari kantor cabang bank tempat saya membuka
rekening mandiri. Memang rekening saya tidak selalunya punya ‘tabungan’. Tapi
untuk kasus persinggahan tamu-tamu (uang) memang rutin bertransaksi, karena mungkin
saya bukan anak muda yang terlalu buta perihal produk bank. Catatan trasaksi
akan lebih jelas jika menggunakan bank.
Dari balik telepon sayup-sayup
terdengar suara, saya takjub ketiga mendengar bahwasanya saya adalah nasabah
terpilih untuk ditawarkan kartu kredit visa gold dari bank mandiri. Alangkah
membuat saya melayang terbang, kenapa saya terpilih coba, apakah saya nasabah
paling ganteng sekali secabang tempat saya membuka rekening, atau saya nasabah
yang begitu mempesona, lagi berbudi pekerti yang baik. tapi saat saya membuka rekening tidak menyertakan pas
foto narsis selain poto identitas. Kali ini yang menelpon adalah seorang
mas-mas, bukan mbak-mbak yang suaranya centil dan bicara cepat seperti sekali
mengayuh dayung dua tiga pulau terlampau.
Tapi saya segera sadar,
kebanyakan saya tahu kasus-kasus yang mengatas namakan bank mandiri, banyak
pendapat mengeluhkan perusahaan karib kerabat bank mandiri a.k.a AXA mandiri
sering mengatasnamakan bank untuk menawarkan produk asuransi. Jadilah saat itu saya
berpikir ulang untuk tertarik dengan cara yang seperti ini. Jadilah saya
menolak dengan meminta waktu besok ditelpon lagi, kalau memang benar biar dia
telpon lagi, kalau tidak ya sudah, saya juga nanti bisa urus sendiri.
Tapi saya berpikir saat membuka
rekening saya aware sekali dengan centang yang menyetujui data kita dibagikan
untuk mendapatkan penawaran-penawaran dari bank mandiri dan untuk pihak ketiga.
Jelas-jelas saya tidak menyetujui, kok sekarang saya ditelpon asuransi AXA. Saya
berpikir jika mandiri memang punya komitmen menjaga kerahasiaan tak mungkin saya
ditelpon oleh perusahaan asuransi yang membacakan lengkap data saya.
Saya browsing nomor telepon, tidak
ada dalam list kehebohan para netizen untuk nomor yang melakukan penipuan. Tapi
statusnya bukan nomor telepon mandiri, tapi bank entah bank apa saya lupa.
Namun tak ada direktori dengan keyword yang sama dan beragam yang menunjukkan
nomor ini masuk kedalam list yang dipergunjingkan.
Oke, saya berharap dia bisa
menelpon lagi, ternyata benar saat waktu yang dijanjikan, mas ini menelpon
lagi. Menyampaikan perihal yang sama dan lanjutan dari sebelumnya. Lalu
bertanya kepada saya apakah mau mencoba untuk apply, kalau bersedia dia akan
bantu mengisikan form tanpa saya harus siapkan ktp, slip gaji atau apapun.
Namun, keraguan masih belum hilang dari hati saya sehingga saya menunda lagi
besok hari.
Besoknya ternyata mas ini
menelepon lagi, dan saya luluh juga dengan rayuannya, rayuan seorang pria
malah. Akhirnya hari itu saya mendengar data saya di bacakan saya cuma tinggal
mengkoreksi. Lalu menambahkan nomor telepon orang dekat dan kantor. Setelah
selesai dia menyampaikan data akan dikirim dulu ke pusat dalam beberapa hari,
nanti saya akan dihubungi pihak mandiri untuk verifikasi, pastikan kalau
ditelpon nanti di angkat katanya.
Oke selesai, tapi saya baru
sadar, setelah ditutup tidak ada ia bertanya kesediaan saya membagi data kepada
pihak ketiga setuju atau tidak. Wah gawat ini, saya pikir jika seandainya kartu
saya disetujui akan ada transaksi yang tak dikenal atau lain segala macam yang
ada dipikiran. Tapi ya sudahlah, waspada sebelum terlambat, namun saya pikir
kartunya juga entah disetujui entah tidak. Jadi urus nantilah, karena memang
sudah final dan data saya sudah masuk.
Usut punya usut sudah
berhari-hari dan berminggu-minggu tak juga kunjung dihubungi oleh mandiri, dan saya
berpikir sudah case closed. Sampai akhirnya pada suatu hari saya dihubungi agan
Nanda sebagai sodara yang tidak serumah, kalau pihak mandiri sudah menelponnya.
Saya juga sudah tak ingat lagi kapan saya mengajukan aplikasi, sudah saya
lupakan. Bahkan saya juga sudah tidak berharap lagi.
Tapi saat berita ini saya
dapatkan, saya makin penasaran. Selang beberapa jam, saya ditelpon oleh 021xxx.
Saya tidak bertanya dulu dan tak tahu kalau mereka tidak sama seperti marketing,
saya sengaja tidak angkat berharap mereka menelpon lagi, ini kesalahan yang disesali.
Saat saya katakan pada agan Nanda saat ia apply kartu kredit hape selalu siaga
satu, dan menekankan bahwa mereka nelpon cuma sekali, kalau tidak aplikasi jadi
yasalam. Saya malah sudah ditelpon jual mahal dengan tidak mengangkat. Waduh,
benar-benar gawat.
Wah saat sudah berharap lagi
datang berita sekejap mata bahwa kesalahan membawa bencana. Sudahlah itu, tak
perlu dipikirkan lagi, yasalam yasalam lah. Beberapa jam kemudian saya mendapat
sms dari mandiricard, bahwa petugas mereka akan menelpon dalam dua hari kedepan
terkait aplikasi kartu kredit saya. Setelah itu saya jadi berharap lagi.
Benar-benar grafik emosi dan ekspektasi saya turun naik seperti gelombang
sinusoida.
Ya sudah, kalau memang benar ini saya
akan ditelpon lagi, saya akan angkat secepat kilat, kalau bisa belajar telepati
sehingga sebelum petugas menelpon saya sudah siap untuk mengangkat. Besoknya
ternyata benar sehabis sahur saya tidur dengan posisi hape disebelah telinga
dengan daya batere 100% stand by. Hari Jumat tanggal 19 Juni 2015 sehabis sahur
malah saya ketiduran pulas, sayup-sayup juga terdengar hape berbunyi. Pas lihat
021xxx, seluruh jaringan tubuh saya terbangun. Saya tes suara supaya tidak
terkesan baru bangun. Ehm..
Saya angkat, terdengar suara ayu
dan mempesonah, alangkah tentramnya. Lalu suara itu mengatakan dari pihak
verifikasi data, biar kalau ditelpon analis nanti dipastikan nomor aktif.
Waduh, berarti belum dari analis saya pikir. Kecewa. Sehabis tutup telpon ya
begitu saja, dia nanya alamat, saya bilang saja seperti yang di aplikasi, trus
tanya kode pos, karena saya tidak tau ya saya bilang tidak tau, memangnya
peduli apa saya pikir. Kata mbaknya, o iya kalau tidak hapal tidak apa-apa.
Malah saya sepat diskusi karena
penawaran untuk Gold, saya merasa kebesaran mengingat ini adalah calon kartu
kredit pertama saya, aturan main belum tahu betul, saya biasa memulai belajar
dari dasar, maka saya meminta rekomendasi kepada tim verifikasi (yang ternyata
adalah analis CC) untuk menurunkan penawarannya untuk saya. Mbaknya menyetujui
dan mengganti preferensi menjadi silver. Lalu selesai dan telpon ditutup.
Mending saya lanjut tidur, masih
ngantuk. Tiba-tiba teman kantor kirim text, kalau ada yang nelpon dari mandiri
sinis sekali. Nanyain benar tak saya kerja disana dan siapa yang paling tinggi
jabatan disana mereka mau bicara, katanya. Jelas saja GM kami tidak akan ada
ditempat atau kalau ada pasti bilang ‘apa perlunya? Perlukah saya bicara untuk
hal-hal seperti itu?’ pasti dia bilang gitu. Akhirnya telpon ditutup. Yasalam.
Saya tidak lagi berharap, eh
ternyata selang beberapa jam mereka nelpon ke kantor lagi, untung di front
office menyerahkan telpon ke teman saya yang cukup tau lah. Lalu bertanya gaji
dan lain sebagainya, tapi tidak tahu dimana alamat saya. Ya sudah yasalam lagi.
Dengan rentetan peristiwa
tersebut saya sudah siap kok, diterima juga senang, tak terima juga tak risau.
Habis cerita. Namun, saya belum senang sampai saya terima statusnya diterima
ataupun ditolak. Bagi saya kejelasan itu sangat penting. Win or lose the game
ends tonight.
Diterima atau ditolak ini penting
bagi saya, karena ini adalah pengajuan pertama, kita pasti tahu apa arti
pertama. Yang pertama itu pasti berkesan, yang pertama itu pasti wahh sekali
dan yang pertama itu banyak sekali filosofinya.
Akhirnya setelah di telpon Jumat
19 Juni 2015, lima hari berikutnya rabu 24 Juni 2015, saya coba menelpon ke CSO
kartu kreditnya. Alangkah kagetnya kalau aplikasi Visa Gold saya ditolak, tapi untunglah
masih untuk ada satu yang di Approve, masih menunggu untuk generating nomor
kartunya. Tidak apa-apa, masih ada satu yang lolos.
Karena saya sedang rajin begadang
untuk belajar apa saja, jam 12.01am saya cek ibanking, alangkah bahagianya
disana sudah numpang mejeng sebuah nomor cc lengkap dengan limit kreditnya. Saya
pandangi lagi dengan saksama. Kemudian saya log out dulu, dan log in lagi
berharap ini bukan tipuan sistem. Ternyata masih ada dan sama. Berkali-kali saya
reload, dan tetap sama. Berarti memang status pengajuan saya sudah diterima.
Dengan begitu saya jadi bingung,
ini kan perihal hutang, dengan bunga, dan perihal kepercayaan juga. Karena saya
habis bangkrut, beli makan untuk berbuka aja cuma beli nasi putih biar hemat. Sekian
dulu yaa..!