Update Terbaru

Lelah menyeliputi rangkaian organ-organ tubuh kasihan sekali mereka bekerja memenuhi kebutuhanku hari ini, kaki, tangan, pikiran, mata dan semunya, sungguh aku tak mau menyakitinya, andy’s diary, sebuah tayangan bonus dari buku kedua andy f noya andy’s corner, kulihat semua mereka yang kurang beruntung, tapi mereka bisa. Aku hanya terpaku introspeksi diri, aku transparan saja melihat situasi ini, aku tidak lebih baik dari mereka, apakah aku terlalu sombong, tapi kurasa tidak yang akut.

Hari ini ada yang baru, setelah isya aku melihat hasil print foto almamater wajah-wajah gembira riang dan bahagia, terlukis dari semua wajah teman-temanku yang sangat kucintai, kulihat seorang teman, namanya randi, dipojok paling kanan dibelakang senyum tenang menawan, ah dia, sempat kulayangkan senyum memandang temanku ini, sudah. Malam yang larut setelah menikmati hidangan tontonan yang digelar di layar kaca, aku tidur menarik ujung secarik selimut berdo’a sejenak, menatap langit-langit memikirkan jawaban-jawaban hari ini, dan hilanglah semuanya, aku tertidur tenang seperti, seperti awan diufuk barat yang menunggu kepulangan sang mentari. Brak, pintu kamar kubuka kulihat dia menonton tivi, ”ah kamu, kok bisa? Aku benar-benar terkejut saat mendengar berita itu, sumpah”, aku berkata lantang, tapi dia hanya senyum menatapku halus. Tanpa kata-kata, aku belum tahu, apakah aku terkejut karena dia pergi atau terkejut karena dia kembali lagi, kurasakan semuanya putih dan kulitkupun memutih dan hilang. Aku masih dalam kamar, keluar dari scenario tidur yang baru saja menepis tidurku, aku bermimpi bertemu randi, apakah karena aku jahat baginya, apakah karena aku baik baginya, apakah aku terlalu jahat baginya, apakah aku terlalu baik baginya. Hatiku berdegup kencang, aku tak pernah memimpikan orang yang sudah tiada didunia ini. Sejenak terdengar azan subuh pertama berkumandang, seolah membangunkanku untuk sholat, tuhan semoga engkau meringankan azab apapun untuk temanku ini. Tubuhku merinding, walau masih mengantuk dan berniat menyambung lelapnya malam, kalau bangun pagi, aku biasanya saat azan subuh sudah bersahut-sahutan, kucoba tenang dan menarik nafas, udara yang dingin menyapa melewati gang-gang tersempit dikulitku, kadang dia suka nakal, masuk menusuk sampai ketulang belulangku. Aku takut memejamkan mata, takut malaikat datang mencabut nyawaku, tuhan apakah arwah orang-orang yang kusayangi sedang menderita disana, sampai ia harus hadir dalam mimpiku. Kuhanya bisa berdo’a untuk mereka, semoga dia bisa menjadi lebih tenang.

Kutulis apa yang kurasa, walau aku bukan penulis, tapi aku mau menulis, entah untuk apa, buku? Mungkin belum, biarlah. Mungkin sebuah catatan yang akan kubaca di hari nanti, yang akan kuperbaiki jika aku pintar menulis. Azan kedua mulai bersahutan, mendendangkan nama Allah membangunkan manusia untuk mengingat kepada sang khalik, mulai dari membuka mata saat pagi, janganlah terlalu terlena. Ayo basuhlah mukamu, rasakan air wudu’ menyentuh kulitmu membersihkan sisa debu-debu yang melekat membawa penyakit. Tenangkan hatimu dan memohonlah ampunan kepada-Nya satu.

Siapkan teh hangat kesukaanmu, dan jangan beri banyak gula.!
0 Responses